Live Streaming Ruang Publik KBR |
Kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih menimbulkan masalah sangat kompleks dan menimbulkan disabilitas ganda, dimana orang yang menyandang penyakit kusta mengalami disabilitas secara sensorik ataupun motorik, dalam kondisi ini orang yang pernah mengalami kusta harus berhadapan dengan stigma yang ada di masyarakat.
Pada
kesempatan pagi ini, tepatnya hari kamis, 22 Juli 2021 saya mengikuti live
streaming Ruang Publik KBR dengan tema “Akses Kesehatan Insklusif Bagi
Penyandang Disabilitas dan OYPMK dengan narasumber :
1. Bapak Suwata dari Dinas Kesehatan Kabupaten Subang – Jawa Barat, beliau juga menjabat sebagai Sekretaris Forum SKPD Peduli Disabilitas dan Ketua Dewan Pengarah di Perhimpunan Penyandang Disabilitas Cabang Subang
2. Bapak Ardiansyah seorang aktivis kusta juga menjabat Ketua Permata Bulukumba. Permata adalah suatu organisasi tempatnya wadah OYPMK untuk memberikan pendampingan atau dukungan bagi orang-orang yang mengalami kusta atau disabilitas akibat penyakit kusta
Sebagai pembuka live streaming Ines Nirmala berita KBR memberitahukan bahwa data Bapenas tahun 2018 penduduk Indonesia sekitar 21,8 juta atau 8,26% sebagai penyandang disabilitas di berbagai daerah. OYPMK seringkali masih menghadapi kesulitan dan tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang layak.
Suwata Dinas Kesehatan Kab. Subang |
Ulasan Bapak Suwata Dinas Kesehatan Kabupaten Subang
Menurut UU no.8 tahun 2018 setiap warga Negara baik sehat maupun penyandang disabilitas dijamin pemenuhan haknya, salah satu-nya di sektor kesehatan dimana pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi penyandang disabilitas untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial ekonomis. Untuk itu penyelenggaraan program layanan kesehatan inklusif perlu diupayakan agar penyandang disabilitas termasuk pasien kusta memiliki derajat kesehatan yang optimal sehingga mampu menunjang produktifitas dan partisipasi mereka dalam bermasyarakat dan pembangunan.
Masyarakat
di kabupaten Subang kusta masih menjadi masalah yang serius dengan adanya angka
prevalansi kecacatan yang cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan karena :
1. Pengetahuan masyarakat yang kurang, sehingga ketika gejala kusta menghampiri dirinya, dia tidak segera memeriksakan diri
2. Pemahaman yang keliru tentang kusta yang berdampak pada stigma serta diskriminasi sehingga menyebabkan penderita kusta menutup diri dan malas berobat
3. Kesiapan tenaga kesehatan untuk deteksi dini yang masih terbatas sehingga banyak pasien ditemukan dalam kondisi parah.
Di kabupaten Subang juga selama 3 tahun berturut turut, kecacatan tingkat 2 akibat penyakit kusta meningkat yaitu tahun 2018 terdapat 5% dari 7 kasus, tahun 2019 terdapat 7,9% dari 9 kasus, tahun 2020 terdapat 11% dari 12 kasus. Jadi data dari Dinas Sosial terdapat 11.872 kasus disabilitas dari seluruh kabupaten Subang.
Ardiansyah Ketua Permata |
Ulasan bp. Ardiansyah
Selaku aktivis sekaligus ketua organisasi Permata, bp. Ardiansyah mengatakan bahwa hampir semua stigma dan diskriminasi masih sangat tinggi di Bulukumba 2 tahun belakangan ini, namun dengan adanya Permata memberikan peran yang sangat penting untuk memberikan bagaimana pemahaman masyarakat mengenai kusta mulai diterima di kalangan perkotaan. Karena ada perbedaan masyarakat yang ada di kota dan pedesaan terkait pemahaman stigma kusta ini.
Nah … dengan adanya Permata dapat membantu dalam permasalahan aksebilitasi lapangan pekerjaan, aksebilitasi terhadap pendidikan, layanan kesehatan, insfastruktur sehingga dapat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan meraka yang mengalami disabilitas akibat kusta ini. Salah satunya Ermawati orang yang pernah mengalami kusta, setelah dinyatakan sembuh kemudian bergabung di PERMATA, dia bisa menerima keadaan dirinya sendiri. Sekarang Ermawati menjadi seorang guru ngaji dilingkungan rumahnya dan aktif mengikuti pelatihan kerja di kabupaten GOWA. Kini Ermawati telah berhasil meraih prestasi Global Apple Summit di Filipina Tahun 2019.
Adapun 4 program prioritas untuk penderita kusta dan disabilitas di kabupaten Subang yaitu :
1. Kontrol dan cegah kusta melalui edukasi, pendampingan dan control penularan
2. Cegah kecacatan yang harus dilakukan sebagai pengobatan dini
3. Pemberdayaan para OYPMK dengan pelatahan life skill
4. Pengurangan stigma dan diskriminasi melalui komunitas dan worshop untuk perubahan perilaku bagi tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh sehingga diharapkan dapat memberikan pemahaman yang benar tentang kusta kepada masyarakat.
Untuk
temen-temen yang membaca ulasan tentang kesehatan kusta ini, bisa menyampaikan
kepada masyarakat luas melalui literasi atau edukasi agar orang yang pernah
mengalami kusta (OYPMK) tidak lagi mendapatkan stigma negatif dan diskriminasi
sosial dengan pelayanan yang inklusi serta dapat menjunjung kesetaraan
aksebilitasi bagi disabilitas dan OYPMK untuk menuju Indonesia bebas kusta.
Salam
Blogger
Inggit
Puji Sulastri
ternyata di Subang, angka penderita kusta tiap tahun naik jumlahnya ya.
BalasHapusMereka memang tak selayaknya terpinggirkan, udah sakit malah dijauhi dan akses pendidikan dan kesehatan di batasi.
di kabupaten Subang masih banyak orang yang pernah mengalami kusta dan disabilitas yang sulit untuk berobat ke Rumah sakit padahal dalam UU tertera bahwa setiap warga berhak untuk mendapatkan kesehatan yang layak
HapusTopik yang menarik, karena para penyandang kusta dan OYPMK ini, adalah bagian dari kelompok ragam disabilitas. Mereka seringkali masih menghadapi kesulitan dan tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang layak.
BalasHapuskarenaitu stop stikma bagi disabilitas dan OYPMK dengan cara edukasi kepada masyarakat
Hapusmemprihatinkan memang stigma terhadap penyintas penyakit kusta yaa, semoga semakin banyak info yang tersebar luas biar masyarakat makin teredukasi
BalasHapusyuk ... edukasi kepada masyarakat bahwa penyakit kusta bisa disembuhkan obatnya ada di puskesmas
Hapusbaru tahu kalo kusta ternyata masih ada di Indonesia,
BalasHapusmalah masih ada di Subang, dekat Bandung
Bagus sekali program edukatif seperti ini ya? Agar kita paham dan tahu cara preventif
indonesia peringkat ke 3 untuk penyakit kusta ini, karena kurangnya edukasi, stigma yang masih terngiang di masyarakat, padahal OYPMK dan disabilitas punya skill tersendiri dalam dunia pekerjaan salah satunya contoh Ermawati yang sukses meraih cita-citanya di masyarakat sebagai guru
HapusBahkan di Jawa pun masih ada penyitas Kusta ya mbak?
BalasHapusHmmm jadi penasaran program pencegahan seperti apa yang dilakukan pemerintah..
Indonesia masih peringkat ke 3 penyakit kusta ini, karena itu yuk bantu pemerintah untuk menuntaskan stigma masyarakat terhadap disabilitas dan OYPMK
HapusPenderita kusta perlu dijauhkan sari stigma di masyarakat, mereka memiliki hak sama seperti umumnya manusia di bidang apa pun.
BalasHapusMenurut UU memang hak antara disabilitas dan orang normal itu sama sama mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sama
HapusSemua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama ya untuk hidup layak terutama kaum diffabel dan orang dengan penyakit kusta
BalasHapusTernyata penyakit kusta masih menjadi problema di era modern ini ya. Terima kasih infonya. Senang bisa berbagi informasi begini, walau nggk ikut kegiatannya, tapi tetap bisa mendapat informasinya.
BalasHapuswah baru tahu aku klo di Subang angka penderita kusta tiap tahun selalu naik ya mbak
BalasHapusharusnya masyarakat mulai mengurangi stigma tentang penderita kusta ini ya mbak
Penderita kusta butuh penanganan serius ya karena penyakit tsbmasih ada zaman now..semoga dapat segera tertangani bagi penderita kusta ya
BalasHapusBagi orang yang belum paham cara penularan kusta, pasti bakal langsung "lari," kalau ketemu orang dengan kusta. Padahal kan kalau cuma papasan gak bisa nular. Kasin loh karena mereka digituin
BalasHapusTerharu dengan perjuangan para penderita dan OYPMK
BalasHapusKagum dengan Permata yang dapat membantu dalam permasalahan aksebilitasi lapangan pekerjaan, aksebilitasi terhadap pendidikan, layanan kesehatan, insfastruktur sehingga dapat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan meraka yang mengalami disabilitas akibat kusta ini